My Vilagge

Pura Paluang, memiliki berbagai keanehan dan satu satunya ada di dunia. Di mana terdapat dua bangunan aneh dengan bentuk mobil. Saat melancaran Ida Bhatara menggunakan mobil dengan keneknya dari krama setempat. Berbagai keunikan di Bali kayaknya tidak habis-habisnya untuk dilacak terbukti hampir sepuluh tahun Tabloid Bali Aga berdiri hingga kini Pura-pura yang angker masih saja tetap banyak, tidak heran memang kalau Bali sering disebut sebagai Pulau Seribu Pura, Pulau Dewata dan berbagai sebutan lainnya yang menyebut Bali begitu magisnya. Di Nusa Penida banyak sekali ternyata pura-pura yang tersebar dari timur hingga barat bahkan ada yang tidak sama sekali diketahui keberadaanya karena begitu mistisnya. Seperti Pura yang ada di Nusa Ceningan beberapa waktu lalu sempat dimuat Tabloid Bali Aga.

Untuk mendapatkan beritanya saja harus menginap selama tiga hari ditempat tersebut, mengingat banyak sumber yang harus dicari berkaitan dengan pura tersebut. Sementara, beberapa waktu lalu ada Krama Desa Sebun Ibus yang memberitahukan ada Pura yang mana pelinggihnya ada mobil di dalamnya. Pura tersebut terletak di Desa Karang Dawa, Nusa Penida yang berada di kawasan paling barat Nusa Penida. Untuk mencari lokasi ini dari pelabuhan Nusa Penida bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor selama kurang lebih 40 menit. Itu juga kalau diajak sama orang sana, karena jalanan aspal yang tidak begitu baik dengan dipenuhi pasir di jalanan sangat sulit untuk dilalui. Dengan berbekal keterangan krama tersebut, selain rasa keingintahuan yang cukup besar, dengan diantar beberapa pemuda dari Desa Sebun Ibus, akhirnya perjalanan pun tiada halangan. Bahkan hingga di lokasi kebetulan Kelihan Desa Karang Dawa, I Wayan Partai ada di rumahnya.
Dengan hutan yang cukup lebat. Awalnya kita disambut oleh ratusan ekor kera yang mendiami lokasi tersebut. Kera-kera tersebut bergelayutan di atas pohon juwet yang mulai berbuah. Terasa tidak terganggu dengan kedatangan beberapa kendaraan, kera-kera tersebut sibuk memunguti buah-buahan yang ada di sana.
Dari depan tampak bangunan pura yang sepertinya baru beberapa bulannya di rehab ulang oleh krama pangempon. Dengan batu paras putih, khas Nusa Penida, bangunan Pura Paluang ini cukup megah berdiri. Ketika masuk ke jaba sisi pura, aura magis sudah nampak jelas, yang mencirikan ketengetan pura ini. Betapa tidak, pura ini letaknya saja sudah di atas tebing terjal dan di pinggiran desa, yang lumayan jauh dari perumahan krama Karang Dawa.
Selanjutnya langkah kaki pun dilanjutkan ke jaba Tengah dengan persetujuan Jro Kelihan Desa. Baru melangkahkan kaki masuk ke jaba tengah, hal yang mengherankan muncul. Di mana bangunan pura yang sangat luar biasa, sangat berbeda dengan kahyangan lainnya di Nusa Penida, Bali Daratan dan bahkan di dunia sekali pun hanya ada satu pura dengan palinggih yang ada mobilnya.
Namun mobil yang ada bukanlah mobil beneran namun itu hanya bentuk bangunan palinggih dengan bentuk mobil yang lengkap dengan roda, kap yang terbuat dari batu padas. Untuk diketahui palinggih mobil yang di sebelah timur adalah berbentuk mobil Jimmy dengan ukuran dan desain modern zaman kekinian. Dan di tengah-tengah areal palinggih ada juga bangunan berbentuk mobil namun mobilnya ini berukuran kecil. Dengan reposisi mobil dibentuk seperti sedan VW. Selain bangunan itu ada palinggih yang biasa seperti taksu, padma, gedong dan palinggih lainnya.
Menurut Wayan Partai, Pura Paluang tidak memiliki prasasti hingga kini. Namun menurutnya dulu sempat ada prasasti, dan belum sempat dibaca sudah hilang dan belum diketemukan hingga kini. Namun dari cerita-cerita leluhur di desa tersebut, kata dia, bangunan berupa mobil ini sudah ada sejak zaman dahulu kala. “Entah siapa yang membuat mobil ini, namun yang jelas sebelum ada mobil di Indonesia di sini sudah ada,” ujar pria 35 tahun ini.
Dulunya bangunan berupa mobil tersebut dibuat dengan menggunakan kayu yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai sebuah mobil. Namun karena kayunya sudah mulai keropos dengan tidak menghilangkan ukuran, bentuk dan desainnya bangunannya pun direhab ulang dengan menggunakan batu dengan tujuan agar lebih awet dan tahan lama.
Ida Bhatara yang berstana di Mobil Jimmy tersebut adalah Ida Bhatara Ratu Gede Ngurah dan Hyang Mami. Entah siapa beliau yang jelas, dia menyebutkan itu adalah leluhur dari krama Desa Karang Dawa yang sangat disungsung hingga kini oleh sekitar 80 KK krama pangempon.
Medal dengan Mobil Saat Grubug Krama Jadi Keneknya
Sementara di palinggih mobil yang bentuknya sedan itu ada juga Ida Bhatara yang malinggih yang tidak jelas diketahui itu sebagai Bhatara siapa namun yang jelas itu adalah leluhur dari krama.
Pada saat malam hari seringkali krama mendengar suara deru mobil dengan kecepatan tinggi menuju arah barat laut. Bahkan krama setempat yang lain ketika ditanya juga menyebutkan saat malam hari tampak seperti mobil yang lewat dengan suara deru yang keras dengan sinaran lampu yang begitu terang. Namun deru itu hanya sepintas saja dan lari bagaikan pesawat jet yang sudah tidak tampak lagi ke mana perginya.
Namun menurut kelian Desa, mobil tersebut keluar yang dikendarai langsung oleh Ida Bhatara sendiri dengan keneknya dari desa setempat. Namun sayang, kini bukti orang yang menjadi kenek tersebut sudah almarhum. Sebelum meninggal dia katanya sempat bercerita bagaimana dirinya menjadi kenek. Sebagaimana mobil biasa, perlu adanya lampu sein, rem dan lain sebagainya hal itupun dilihat langsung oleh juru kenek yang mengikuti ke mana sang sopir mengarahkan setirnya.
Mobil tersebut katanya ke luar di saat ada grubug di daerah lain yang mana tujuan keberangkatan ini adalah untuk memberikan bantuan pengobatan oleh Ida Bhatara. Dengan demikian disebutkan, di sini juga banyak orang yang datang secara diam-diam untuk mendapatkan merta, anugerah untuk menjadi seorang pengusada mumpuni.
Bagi balian yang ingin mempertajam ilmunya bisa saja matirtayatra ke pura ini, atau bahkan juga bisa meditasi. Karena suasana yang sepi sangat mendukung untuk kegiatan meditasi maupun melakukan kegiatan ritual keagamaan lainnya.
Rencang Ratusan Bojog
Yang menambah keangkeran dari Pura ini adalah bentuk patung-patung kuno yang sangat aneh-aneh. Ada hanya tinggal kepalanya saja, ada tinggal badannya saja. Ini terjadi karena pergerakan bumi yang terus mengikis benda-benda seperti ini.
Sebagaimana pura-pura lainnya pastinya ada penjaga sebagai pengaman secara niskala dari Pura ini. Disebutkan ratusan kera yang disebutkan di atas tadi adalah rerencangan beliau. Namun tidak semuanya.
Kera-kera tersebut tampak aneh, mereka tidak masuk ke pelataran pura melainkan berdiam di sekeliling panyengker pura yang luasnya sekitar 50 are. Sambil mencari buah-buahan kecil, kera tersebut sepertinya terus mengawasi gerak-gerik krama yang datang ke Pura.
Gong Aneh
Selain keangkeran dan keanehan pura tadi, Wayan Partai juga menyebutkan di bawah sebelah timur dari Pura ini terdapat sebuah gua yang aneh. Tidak sembarangan krama yang bisa datang ke tempat ini.
Menurutnya goa yang ada di pinggang jurang ini tidak bisa dilalui langsung turun dari pura ini, karena sebelah pura sudah langsung jurang, hanya ditutupi semak dan juga pohon juwet dengan rindangnya, hingga pinggir jurang pun tidak tampak. Untuk mendapatkan lokasi ini biasanya dilewati dengan cara berjalan di pinggiran laut lewat barat dengan jarak tempuh hingga dua jam lebih lamanya dari desa setempat.
Di goa ini menurutnya ada sebuah hal aneh di mana ada seperangkat gambelan gong yang lengkap bahkan sangat lengkap. Yang dibentuk menggunakan batu padas. Dia perkirakan benda tersebut sudah ada lebih dari 500 tahun lamanya. Selain gong batu tersebut juga ada yang patung orang yang sedang memegang gamelan layaknya mereka sedang megambel.
Apakah mereka dulunya itu benar, mungkinkah kena kutukan atau apa, yang jelas kelian satu ini tidak berani berkesimpulan seperti itu. Karena selain aneh juga sangat angker sekali. Sayangnya gambarnyapun tidak bisa diambil karena kebetulan saat itu pinggiran laut sedang kebek hingga tidak bisa dilalui.
Jujur, apa yang saya paparkan di atas sebenarnya tentang kampung halaman saya. Tapi sayang, sejak tahun 1996 saya hidup di perantauan tepatnya di Sulawesi Tenggara, Kota Bau-Bau sejak umur saya masih 5 tahun. Perkembangan kampung saya ini sama sekali saya tidak tahu. SD kelas 5 saya sempat pulang ke Karang Dawa, mengantar nenek saya yang sudah 5 tahun ikut bersama kami merantau.  Saya juga sempat sembahyang di Pura Paluang bersama keluarga di sana.
Saat ini saya sangat rindu dengan keluarga besar di Karang Dawa, terutama nenek saya. Yang lain seperti Panca, Bli Rna, Bli Becol, Bli Dar dan om saya Wayan Partai (saya tidak bisa sebutkan semua). Saya I Made Yase S. mengucapkan terima kasih kepada Admin Kharismadani.com yang sudah mempostingkan artikelnya mengenai kampung saya Karang Dawa. Informasi tentang kampung saya pertama kalinya saya baca di Kharismadani.com. 
Adapun tempat wisata yang saya masih ingat seperti Pasih Uug dan Tanah Bias. Hanya itu yang saya ingat, hehehe.   
Tentang Pura
Nama : Pura Paluang
Stana : Ida Bhatara Ratu Gede Ngurah dan Hyang Mami
Alamat : Desa karang Dawa, Nusa Penida barat
Piodalan : Tumpek Krulut
Pangempon : 80 KK (2008)
Mangku : Mangku Setiawan dan mangku Suar
Di pugar : tahun 2007
Kelihan Desa : Wayan Partai
Keunikan : Pura ini berisi bangunan berbentuk mobil yang mana saat melancaran Ida Bhatara menggunakan Mobil.
Reporter : Budi Krista
sumber : http://nusapenida.weebly.com/spiritual.html
Kharismadani.com

0 komentar:

Posting Komentar